Pengabdian Masyarakat : Pelatihan Pemetaan Desa Partisipatif Di Gunung Patuha

UU Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mendorong peran serta para pihak dan orang perorang dalam membuat dan membangun informasi keruangan (spasial), termasuk didalamnya Masyarakat dengan metode pemetaan partisipatif dapat berperan dalam penyusunan Informasi Geospatial Terbatas (IGT). Disahkannya UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan landasan hukum kepada masyarakat dalam dalam proses perencanaan desa dengan peta desa sebagai instrumennya. Rencana pembangunan desa yang dilengkapi dengan peta desa akan lebih memudahkan masyarakat ataupun stakeholder untuk melihat perencanaan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat (BBKSDA), melalui proyek Citarum Watershed Management Biodiversity Conservation (CWMBC), menyelenggarakan pelatihan pemetaan desa partisipatif bagi 10 desa binaan yang berada di bufferzone kawasan konservasi dalam DAS Citarum.

Kepala BBKSDA Jawa barat Dr. Ir. Sylviana Ratina, MSi mengemukakan bahwa kawasan konservasi sebagai benteng terakhir yang harus dijaga kelestariannya, demi kelestarian dan keberadaannya dapat dinikmati oleh dinikmati oleh masyarakat lintas generasi.

“kawasan konservasi harus dijaga kelestariannya, sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat lintas generasi, Ujar Sylviana”.

Diharapkan dengan pelatihan ini, perencanaan tata ruang desa dapat ditunjang oleh ketersediaan data dan informasi spasial desa yang dibuat secara partisipatif. dengan perencanaan desa yang baik juga akan menunjang terhadap perencanaan terhadap kawasan konservasi di sekitarnya.

kegiatan yang berlansung selama tiga hari tersebut dipandu oleh Narasumber Arif Ismail, M.Si dan Nanin Trianawati Sugito, M.T. Keduanya adalah Dosen Prodi Survey Pemetaan dan Informasi Geografis (SPIG), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam pelatihan tersebut peserta diajarkan metoda pemetaan desa dengan memanfaarkan teknologi citra satelit resolusi tinggi dan perangkat global positionung system (GPS)

Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 63 orang yang terdiri atas Kepala desa, ketua model desa konservasi (MDK), dan fasilitator desa, yang berasal dari Desa Cihanjawar, Desa Sukamandi, Desa Sindulang, Desa Tanjungwangi, Desa Sukaluyu, Desa Margamulya, Desa Sugihmukti, Desa Mekarsari, Desa Cihawuk, Desa Pasanggrahan.

Prodi SPIG, saat ini sedang mengembangkan model pemetaan partisipatif desa dengan mengintegrasikan teknologi survey pemetaan terkini, antara lain citra penginderaan jauh resolusi tinggi, survey satelit (GPS), Participatory rural appraisal (PRA), dan participatory landuse planning (PLUP). model ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah khususnya Kementerian Desa dalam program kerjanya penyusunan informasi geospasial guna percepatan penyusunan peta desa dan pembangunan kawasan pedesaan, sebagai n bagian dari sistem informasi desa sebagaimana tercantum dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

English EN Indonesian ID