Monitoring Program Pengalaman Lapangan Mahasiswa Prodi Survei Pemetaan dan Informasi Geografi di Humanitarian OpenStreetMap Indonesia Jakarta

Penulis: Dr. Lili Somantri, S.Pd.,M.Si (Ketua Program Studi Sains Informasi Geografi)

Rabu 21 Agustus 2019 telah dilaksanakan kegiatan monitoring Program Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa SPIG di Humanitarian OpenStreetMap Indonesia (HOT ID). Kantornya berada di kawasan permukiman yang beralamat di Jl. Tebet Timur III I Jakarta Selatan. Di Indonesia Lembaga ini didirikan pada tahun 2012. Kantor pusat HOT ID berada di Amerika Serikat. Saya langsung diterima oleh Pak Iyan selaku pimpinan Lembaga ini di Indonesia. Dengan ramah beliau menjelaskan terkait lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh HOT ID.

Berdasarkan uraian dari Wikipedia. Com, OpenStreetMap (OSM) didirikan pada tahun 2004 di Inggris oleh Steve Coast. Latar belakang pendirian OSM adalah sulitnya akses masyarakat sipil terhadap data peta karena data banyak dikuasai oleh pemerintah. Selain itu, untuk mengaksesnya memerlukan biaya yang tinggi sehingga hanya perusahaan besar yang dapat mengakses data. Prinsip OSM mirip seperti Wikipedia yang datanya dapat diakses secara gratis dan pengguna dapat mengedit data jaringan jalan tersebut sesuai kenyataannya di lapangan. Sehingga OSM ini bersifat partisipatif. Pemanfaatan OSM salah satunya dalam pemetaan dampak bencana.

HOT ID merupakan lembaga berbadan hukum bersifat non profit yang bergerak dibidang pemetaan. Sumber dananya berasal dari hibah-hibah penelitian (grant). Proses mendapatkan dananya dengan cara membuat proposal ke lembaga-lembaga riset baik yang berada di kampus maupun instansi pemerintah, baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Lembaga ini banyak bekerja sama dengan USAID, Facebook, Grab, dan BNPB untuk memetakan jaringan jalan di Indonesia dan membuat WebGis Partisipatif. Selain itu, lembaga ini banyak bekerjasama dengan Lembaga-lembaga riset dunia seperti di Afrika, Hawai, Turki dan India.

Kerjasama HOT ID dengan BNPB adalah pemetaan jaringan jalan untuk rute evakuasi pada saat terjadi bencana alam. Selain terkait gempa bumi, lingkup pekerjaannya meliputi pemetaan sebaran titik-titik kebakaran lahan. Selain itu, pemetaan bangunan permukiman dalam skala sangat detail dengan sumber data dari citra penginderaan jauh resolusi tinggi. Pemetaan permukiman dari citra dapat mengestimasi persebaran, jumlah, dan kepadatan penduduk. Kemudian pemetaan batas desa bahkan sampai pada level batas RT/RW. 

Kerjasama HOT ID dengan Facebook yaitu pemetaan jaringan jalan seluruh Indonesia. Karena Indonesia merupakan salah satu negara pengguna Facebook terbesar di dunia. Menurut data yang dihimpun kompas.com bahwa Indonesia sebagai pengguna FB terbanyak di Asia Tenggara yang berjumlah 130 juta akun pada tahun 2018. Banyaknya pengguna FB disebabkan oleh faktor semakin banyaknya pengguna smartphone dan semakin lancarnya jaringan internet. Lembaga ini juga pernah bekerja sama dengan Indonesia Corruption Watch (ICW) untuk pemetaan tender di seluruh wilayah Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan di Afrika misalnya pemetaan penyakit malaria dan ebola. Ebola merupakan penyakit mematikan endemic di Afrika. Penyakit ini disebabkan oleh virus ebola yang sangat menular. Gejala dari penyakit ini berupa pendarahan yang terus menerus. Pemetaan penyakit ini berdasarkan data-data yang tersedia seperti data penderita dan data kualitas lingkungan. Negara yang menjadi endemik penyakit ebola antara lain Liberia, Sudan, dan Kongo. Desa-desa di Afrika yang sulit dijangkau oleh transportasi dapat dipetakan. Salah satu staf HOT ID sedang melakukan penelitian di Liberia.

Program WebGis menggunakan software yang tidak berbayar yaitu Quantum Gis. Lingkup pekerjaan WebGis adalah pengumpul data yang bersifat partisipatif. Misalnya jika terjadi bencana maka informasi warga dikumpulkan, diinput, dan ditampilkan secara spasial dalam bentuk web. Pemetaannya menggunakan machine learning. Dalam machine learning yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan data kualitas data. Jika datanya banyak tersedia maka dapat dilakukan pemetaan dan dapat ditampilkan dalam bentuk web.

Untuk menjamin data berkualitas maka diperlukan Lembaga khusus yang menangani kualitas data. Lembaga tersebut adalah HOT ID yang telah mengeluarkan panduan dalam menjaga kualitas data. Karena memang data dalam SIG bersifat GIGO (garbage in garbage out) artinya yang dimasukkan sampah maka akan keluar sampah. Artinya jika datanya salah maka analisisnya akan salah. Sehingga kualitas data harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

Kemudian dalam pemetaan perlu dilakukan standarisasi basisdata seperti penamaan jalan, lebar jalan, panjang jalan, dan labelling. Standarisasi ini diperlukan untuk menyeragamkan penamaan data atribut sehingga memudahkan dalam analisis data. Karena siapapun dapat mengakses dan mengedit data maka harus mengikuti standar penamaan basisdata.

Terakhir dari kegiatan PPL ini diperoleh bahwa Jurusan yang terkait Pemetaan seperti SPIG dan SaIG masih banyak dibutuhkan di dunia kerja karena hampir seluruh aspek kebijakan kehidupan manusia sudah berbasis spasial seperti dibidang ekonomi bisnis, ritel, kuliner, transportasi, dan kesehatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

English EN Indonesian ID