Pengukuran Fotogrametri di Medan Sukar: Tantangan dan Solusi pada Terrasering Persawahan
Desember 2024– Pengukuran fotogrametri di daerah dengan medan yang sukar seperti pada
terrasering persawahan menjadi pembelajaran terbaru dalam kurikulum program studi D4 SPIG
dalam pemetaan topografi yang terakumulasi dalam Praktikum kolaborasi di Kampung Naga,
Indramayu. meskipun tantangan besar tetap ada. Wilayah dengan perbedaan ketinggian
signifikan dan lokasi yang sulit dijangkau memerlukan teknologi canggih dan metode tepat guna
untuk menghasilkan data yang akurat.
Fotogrametri, yang memanfaatkan gambar udara atau satelit untuk menghasilkan peta dan
model 3D, telah terbukti efektif dalam memetakan kawasan persawahan yang berada di daerah
perbukitan atau lereng curam. Terrasering, yang sering digunakan dalam pertanian untuk
mengoptimalkan lahan dengan kemiringan tinggi, menghadirkan kesulitan tersendiri bagi
pengukuran tradisional.
“Medan yang berbukit dan akses yang terbatas membuat pengukuran secara langsung sangat
sulit. Namun, dengan menggunakan teknologi fotogrametri, kami dapat menghasilkan data
topografi yang sangat akurat tanpa harus melakukan survei lapangan yang memakan waktu
dan biaya besar,” Disampaikan oleh Bapak Haikal disaat briefing.Selain itu, penggunaan drone sebagai bagian dari pengukuran fotogrametri mempermudah
Proses pengambilan gambar di area yang sulit dijangkau oleh kendaraan atau alat ukur
konvensional. Drone dapat terbang rendah di atas medan terjal dan mengumpulkan data dalam
waktu singkat, bahkan di lokasi yang hampir mustahil dijangkau.
Penggunaan teknologi ini tidak hanya menguntungkan dalam hal efisiensi, tetapi juga dalam hal
akurasi. Hasil pemetaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, mulai dari
perencanaan pertanian yang lebih baik, pengelolaan sumber daya alam, hingga pembangunan
infrastruktur yang lebih terarah.
Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah perbedaan tinggi yang sangat signifikan di
tanah terrasering, yang membutuhkan pemrosesan data lebih lanjut untuk mengoreksi distorsi
gambar yang disebabkan oleh sudut pengambilan foto. Meskipun demikian, dengan
perkembangan perangkat lunak pemrosesan citra dan algoritma canggih, masalah ini dapat
diatasi.
Ke depan, diharapkan pengukuran fotogrametri akan semakin banyak digunakan dalam
pemetaan wilayah-wilayah dengan medan yang menantang, sehingga memberikan solusi yang
lebih praktis dan efisien dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia